News & Research

Reader

Greenback Perkasa Jelang Rilis Data Inflasi AS, Intervensi Jepang Bayangi Pasar
Friday, March 29, 2024       06:05 WIB

Ipotnews - Dolar menguat terhadap euro, Kamis, sebelum data inflasi Amerika Serikat dirilis hari ini, dan karena investor menetapkan posisi untuk akhir bulan dan kuartal.
Yen juga sedikit menyusut di 151,38 per dolar setelah diperdagangkan sedikit di bawah angka 152, tingkat terlemahnya sejak 1990 pada sesi Rabu, sebelum pejabat moneter Jepang menyatakan mereka siap melakukan intervensi untuk mencegah kejatuhan lebih lanjut, demikian laporan  Reuters,  di New York, Kamis (28/3) atau Jumat (29/3) pagi WIB.
Fokus utama ekonomi Amerika minggu ini adalah data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) yang akan dirilis Jumat, yang muncul setelah rilis inflasi konsumen dan harga yang lebih tinggi dari perkiraan untuk periode Januari dan Februari.
Trader akan mencari petunjuk baru mengenai apakah Federal Reserve masih berada di jalur yang tepat untuk memangkas suku bunga pada Juni, ketika inflasi masih stabil dan pertumbuhan ekonomi tetap kuat.
Helen Given, trader valas di Monex USA, mengatakan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan sepanjang tahun ini kemungkinan tidak akan bertahan lama, sehingga akan menjaga the Fed tetap pada kecepatan untuk melakukan tiga pemotongan sebesar 25 basis poin hingga akhir 2024.
Dolar reli di awal sesi Kamis menyusul komentar dari Gubernur Fed Christopher Waller, Rabu petang, bahwa data inflasi yang mengecewakan baru-baru ini menegaskan alasan bank sentral AS menunda pemotongan target suku bunga jangka pendeknya.
Namun, Given mengatakan pergerakan tersebut "sedikit terlalu besar dan menurut saya ini ada hubungannya dengan fakta bahwa arus dana yang ada di seluruh dunia sangat kecil."
Pasar obligasi dan saham Amerika akan tutup karena libur Jumat Agung, dan pasar valuta asing kemungkinan sangat sepi, sehingga dapat meningkatkan volatilitas.
Chairman Fed Jerome Powell juga akan berbicara pada Jumat.
Data yang diumumkan Kamis menunjukkan perekonomian AS tumbuh lebih cepat dari perkiraan sebelumnya pada kuartal keempat, didorong kuatnya belanja konsumen dan investasi bisnis pada struktur non-perumahan seperti pabrik.
Euro mencapai USD1,0775, terendah dalam lima minggu, dan terakhir turun 0,34% menjadi USD1,0789. Poundsterling melemah 0,15% menjadi USD1,262.
Indeks Dolar (Indeks DXY), ukuran greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, naik 0,1% menjadi 104,52, setelah sebelumnya menyentuh 104,73, level tertinggi sejak pertengahan Februari.
Potensi Intervensi
Jika data inflasi Amerika hari ini mengejutkan dan mendukung dolar, dampak paling dramatisnya mungkin terjadi pada yen. Pelaku pasar mengatakan terdapat banyak pilihan yang membatasi pergerakan dolar/yen di sekitar level 152, sehingga penerobosan dapat memicu pergerakan yang lebih signifikan.
"Saat dolar/yen menyentuh 152, saya pikir mungkin akan terjadi kenaikan tajam, dan saat itulah intervensi bisa dilakukan," kata Takeshi Ishida, analis Resona Holdings.
Otoritas Jepang mengadakan pertemuan, Rabu, mengenai pelemahan mata uang dan meningkatkan peringatan lisan mereka, membuat pasar mewaspadai tanda-tanda bahwa pernyataan tersebut didukung dengan tindakan.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Kamis, juga mengatakan pemerintahnya tidak akan mengesampingkan pilihan apa pun dalam mengatasi pergerakan berlebihan di pasar mata uang, menekankan tekad Tokyo untuk masuk ke pasar jika melihat jatuhnya yen sebagai sesuatu yang berlebihan.
"Setiap kali otoritas mata uang di Jepang membicarakan hal ini, dampaknya terhadap yen semakin berkurang," kata Given. "Karena itu, kami sekarang melihat risiko intervensi yang nyata."
Jepang melakukan intervensi di pasar mata uang tiga kali pada 2022, menjual dolar untuk membeli yen, pertama pada September dan sekali lagi di Oktober ketika yen merosot menuju level terendah dalam 32 tahun, yakni 152 terhadap dolar.
Ringkasan opini pada pertemuan Maret Bank of Japan, dirilis Kamis lalu, memberikan sedikit dukungan terhadap mata uang tersebut, menunjukkan banyak pembuat kebijakan melihat perlunya mengambil langkah lambat dalam menghapuskan kebijakan moneter ultra-longgar secara bertahap.
Yuan di pasar onshore sebagian besar mendatar di 7,2256 per dolar, sementara di pasar offshore melemah jadi 7,2615 per dolar.
Dolar Australia turun ke posisi USD0,6486, yang merupakan level terlemah sejak 5 Maret. Selain terdampak pernyataan Waller, data dari Australia menunjukkan penjualan ritel berada di bawah ekspektasi ekonom pada Februari. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM